Tuesday, September 22, 2015

Kisah 2 Pemuda Yang Berselisih Karena Harta Warisan

Terkadang karena harta warisan menjadi sebuah malapetaka terhadap keluarga. Bahkan ada juga juga yang tega membunuh saudara sendiri karena harta warisan tersebut. Semoga Kisah 2 pemuda yang berselisih karena harta warisan ini akan menjadi sebuah inspiratif dan pelajaran bagi mereka yang ambisi terhadap harta warisan. Berikut kisah selengkapnya :
    
Suatu ketika dua lelaki yang masih ada hubungan saudara datang menghadap Nabi SAW mengadukan persoalannya. Mereka berselisih atau lebih tepatnya berebut tentang harta warisan. Masing-masing mengklaim bahwa dirinya lebih berhak atas harta warisan itu. Mereka mengemukakan argumentasi yang mendukung pendapatnya, yang sebenarnya tidak cukup kuat dan mengikat klaimnya secara utuh atas harta warisan tersebut sesuai syariat Islam.

Nabi SAW memandang keduanya dengan sedih, kemudian beliau bersabda, “Kalian mengadukan persoalan ini kepadaku, sementara aku hanyalah manusia biasa. Jika saja salah satu dari kalian bisa memberikan bukti yang lebih kuat daripada yang lainnya, maka saya akan memutuskan sesuai dengan bukti yang saya dengar itu…!!”

Beberapa saat Nabi SAW terdiam, kemudian beliau meneruskan lagi, “Jika nantinya telah kuputuskan kepadanya, bahwa barang itu milik yang lain, maka sama sekali ia tidak boleh mengambilnya (atau memprotes dan memaksa untuk meminta bagian harta itu), karena itu sama artinya aku memberikan kepadanya sepotong api neraka. Di hari kiamat nanti, akan dipikulkan di pundaknya sepotong besi panas dari neraka!!”

Dua lelaki itu tampak menangis tersedu mendengar penjelasan Nabi SAW. Salah satu dari mereka berkata, “Wahai Rasulullah, biarkanlah hak saya, saya berikan untuk saudaraku ini!!”

Salah satunya lagi berkata, “Tidak, wahai Rasulullah, biarkanlah hak saya yang saya berikan untuk dirinya!!”

Mereka saling melepaskan hak kepemilikan atas harta warisan itu dan merelakan untuk saudaranya. Mereka juga sempat berdebat kecil, hanya saja berbeda dengan waktu datangnya kepada Nabi SAW. Kalau tadinya mereka saling berebut untuk memiliki, kini mereka saling berebut untuk memberikan. Nabi SAW tersenyum melihat keduanya dan bersabda, “Jika kalian telah berkata seperti itu, kini pulanglah!! Bagilah harta kalian itu menjadi dua, dan ikrarkanlah keikhlasan masing-masing kepada saudaranya!!”

[Ibnu Ghufron]



Monday, September 21, 2015

Kisah Syam’un (Samson) Mujahid Dibalik Turunnya Lailatul Qadar

Tahukah anda bahwa sebab turunnya ayat Al Qadar (Lailatul Qodri) adalah berawal dari kisah Syam’un yang dikenal oleh bangsa barat dengan nama Samson. Dia adalah seorang mujahid yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Dalam hidupnya ia gunakan berjihad dijalan Allah SWT. Untuk kisah selengkapnya kamu bisa baca kisahnya berikut ini :

Suatu ketika Nabi SAW tengah berkumpul dengan para sahabat, dan beliau menceritakan tentang seseorang dari Bani Israil yang bernama Syam’un. Allah memberikan kekuatan dan keberanian kepada Syam’un ini sehingga dia berjuang dan berjihad di jalan Allah selama seribu bulan (sekitar 83 tahun 4 bulan Qomariah/Hijriah, atau 80 tahun 10 bulan Syamsiah/Masehi) secara terus menerus. Pedang atau senjatanya yang berupa tulang rahang unta selalu tersandang di pundaknya. Pelana kudanya tidak pernah sempat kering dari keringatnya.

Syam’un selalu mengalahkan kaum kafirin yang diperanginya di medan jihad. Hal ini membuat orang-orang musyrikin itu ciut hatinya, mereka berfikir keras bagaimana cara mengalahkan dan membunuhnya. Suatu ketika mereka menghubungi istri Syam’un dengan diam-diam, mereka membawa sepiring perhiasan emas untuk menyuapnya. Mereka minta agar ia mau mengikat Syam’un dengan tali ijuk cukup besar dan sangat kuat yang telah dipersiapkan ketika ia sedang tidur, dan perhiasan itu akan menjadi miliknya. Setelah ia tidak berdaya mereka akan datang untuk menangkap dan membunuhnya.

Syam’un memang bukan orang yang materialistis dan bergelimang dengan kekayaan. Walaupun ia memenangkan berbagai pertempuran selama puluhan tahun dan mempunyai jabatan cukup tinggi, tetapi ia memilih hidup dalam kesederhanaan. Apalagi syariat yang berlaku sebelum Nabi SAW, ghanimah atau rampasan perang diharamkan bagi kaum muslimin yang memenangkan pertempuran itu. Harta benda dari kaum musyrikin yang dikalahkan itu harus dikumpulkan pada lapangan luas, setelah itu akan muncul kobaran api dari langit yang akan membakar habis hingga menjadi abu. Dihalalkannya ghanimah bagi umat Nabi SAW merupakan keutamaan yang diberikan Allah, yang tidak pernah dialami oleh umat-umat Nabi dan Rasul sebelumnya.

Pola hidup zuhud dan sederhana yang diamalkan oleh Syam’un, yang menghabiskan waktunya untuk ibadah dan berjihad, ternyata tidak bisa sepenuhnya diikuti dan diterima oleh istrinya. Begitu melihat tawaran kaum kafirin itu, ia segera menyetujuinya. Suatu malam ia mengikat suaminya yang sedang tidur itu dengan tali ijuk, dengan sangat kuatnya. Tetapi pagi harinya, ketika Syam’un bangun dan menggerakkan tubuhnya, tali-tali itu langsung putus. Dengan heran Syam’un berkata, “Mengapa engkau melakukan hal ini?”
Istrinya berkata, “Aku hanya ingin menguji kekuatanmu!!”

Ketika peristiwa itu didengar oleh orang-orang kafir, mereka diam-diam mendatangi istri  Syam’un dengan membawa sebuah rantai besi yang sangat kuat. Malam harinya, istrinya itu mengikat Syam’un dengan rantai itu, tetapi sama seperti sebelumnya, rantai itu putus begitu Syam’un bangun dan menggerakkan tubuhnya. Lagi-lagi istrinya hanya berkilah dengan alasan yang sama.

Melihat kegagalan yang kedua kalinya ini, iblis merasa gerah dan ia ikut campur dalam masalah ini. Ia mendatangi kaum kafir dan memberikan solusinya, yakni agar istrinya itu merayu Syam’un untuk menceritakan ‘rahasia’ kekuatannya. Orang-orang kafir itu mendatangi istri Syam’un dengan menjanjikan hadiah yang lebih besar lagi jika bisa melumpuhkan suaminya itu, dengan cara yang diajarkan Iblis. Suatu ketika istrinya berkata, “Engkau bagitu kuatnya sehingga tali dan rantai besi begitu saja putus dan hancur ketika engkau menggerakkan tubuh. Apakah ada sesuatu yang engkau tidak mampu merusakkan atau memutuskannya??”

Karena kecintaan kepada istrinya, dengan jujur Syam’un berkata, “Beberapa gombak rambutku ini yang aku tidak mampu memutuskannya!!”
Kelihatannya tidak masuk akal, kalau tali ijuk dan rantai besi yang begitu kuat dengan mudah dihancurkan, bagaimana mungkin tidak mampu memutuskan rambutnya sendiri?? Tetapi memang seperti itulah sunnatullah (kebanyakan orang menyebutnya ‘hukum alam’), tidak sesuatu dari mahluk atau ciptaan Allah, kecuali ada kelemahan atau kekurangannya, di samping banyak sekali kelebihan yang dimilikinya.

Rambut itulah yang memang menjadi rahasia kekuatan Syam’un yang diberikan Allah kepadanya. Rambutnya itu memang terurai panjang hingga mencapai tanah, dan biasanya hanya digelung ke atas. Malam harinya, diam-diam istrinya memotong rambutnya itu untuk digunakan mengikat ke dua tangan dan kakinya. Pagi harinya, ketika terbangun Syam’un sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya, bahkan ia tampak lemah tidak berdaya. Istrinya begitu gembira dan memberitahukan hal itu kepada orang-orang kafir.

Ia memperoleh berbagai macam perhiasan seperti yang dijanjikan, bahkan ditambahi lagi lebih banyak.
Orang-orang kafir itu membawa Syam’un kepada rajanya, dan ia ingin mempertontonkan pembantaian Syam’un di hadapan rakyatnya. Pada waktu yang ditentukan, mereka berkumpul di suatu gedung megah, dengan arsitektur canggih yang belum bisa dicontoh sampai zaman modern ini. Bangunan yang begitu luas dan tinggi, layaknya sebuah stadion sepakbola, tetapi tiang utamanya hanya satu saja. Tiang penyangganya itu tidak akan mampu digerakkan atau dirobohkan oleh ratusan atau bahkan ribuan orang.

Dalam keadaan terikat dengan rambutnya sendiri,  dan diikatkan lagi pada tiang penyangga utama gedung itu, Syam’un disiksa habis-habisan. Matanya disulut dengan besi panas hingga buta dan dicongkel keluar, dua telinganya di potong, begitu juga dengan lidahnya. Masyarakat kafirin itu bersorak-sorak gembira melihat penderitaan Syam’un. Tidak ada keluhan dan jeritan kesakitan yang keluar dari mulut Syam’un selama penyiksaan itu, kecuali kalimat-kalimat dzikr dan penyandaran diri kepada Allah. Sabar dan tawakal terhadap takdir Allah yang diterimanya.
Kemudian Allah berfirman (mengilhamkan) kepadanya, “Wahai Syam’un, apakah yang engkau inginkan atas orang-orang kafir ini? Katakanlah, Aku akan mengabulkannya!!”
Syam’un berkata atau berdoa dalam hatinya, “Ya Allah, kembalikanlah kekuatanku, sehingga aku bisa merobohkan gedung ini dan menimpa mereka semua!!”

Allah mengabulkan doanya, kekuatannya pulih kembali. Rambut, tali dan rantai yang mengikatnya langsung putus ketika ia menggerakkan tubuhnya. Ia mendorong tiang penyangga utama gedung itu, dan sebentar saja roboh dan gedung itu hancur mengubur orang-orang kafir, termasuk rajanya, yang ada di dalamnya. Mereka semua mati, kecuali Syam’un sendiri, Allah menyelamatkannya, bahkan Allah mengembalikan mata, telinga dan bibirnya seperti sediakala. Syam’un kembali mengisi waktunya dengan berjihad dan berpuasa di siang hari, malam harinya lebih banyak dihabiskan untuk shalat. Ia terus istiqomah dalam amalannya itu hingga kematian menjemputnya.

Setelah Nabi SAW selesai menceritakannya, tampak para sahabat menangis, penuh haru dan ghirah (semangat, kerinduan) melihat perjuangan Syam’un tersebut. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau tahu, berapa besarnya pahala yang diperoleh Syam’un tersebut?”
Nabi SAW berkata, “Aku tidak tahu!!”
Sebagian sahabat berkata lagi, “Ya Rasulullah, apakah kami dapat memperoleh pahala Syam’un itu??”
Lagi-lagi Nabi SAW hanya berkata, “Aku tidak tahu!!”

Melihat keadaan para sahabat tersebut, Nabi SAW berdoa, “Ya Allah, Engkau menjadikan umatku yang paling pendek umurnya di antara umat-umat yang ada, dan yang paling sedikit amal-amalnya!!”

Tidak lama kemudian Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW dengan membawa wahyu Allah, lima ayat dari surah Al Qadar. Begitu pendeknya surat tersebut, tetapi merupakan keberkahan dan keutamaan yang luar biasa diberikan kepada Nabi SAW dan umatnya. Sungguh sangat beruntung kita sebagai ummat Islam. Karena kita bisa memperoleh pahala yang lebih baik daripada pahala yang diterima Syam’un dalam perjuangan jihadnya selama seribu bulan tersebut. Bukan itu saja kita juga bisa memperoleh berkali-kali pahala seperti itu selama hidup, karena Lailatul Qadar akan selalu datang di Bulan Romadhon.

Sekarang tinggal kita, apakah mau mendapatkannya atau tidak. Wallahu A’lam.
Semoga kita terpilih untuk mendapatkannya, Amiinnn..

Baca Juga Info Menarik Ini : "Nama Malaikat Yang Belum Anda Ketahui"

[Ibnu Ghufron]

Friday, September 18, 2015

Tangisan Nabi Kepada Ummatnya Yang Menjadi Penghuni Neraka

Suatu keistimewaan yang paling luar biasa didalam diri Rasulullah SAW adalah air mata beliau selalu saja mengalir hanya untuk memikirkan ummatnya semata. Beliau tidak pernah lepas dari kerisauan keadaan ummatnya.

Suatu ketika para sahabat mendapati Nabi SAW dalam keadaan yang tidak biasanya. Selama beberapa hari beliau tampak bersedih dan menyendiri saja di dalam rumah, tidak keluar kecuali saat shalat berjamaah, itupun beliau tidak bercakap-cakap dengan siapapun. Ketika shalat itu Nabi SAW sangat merendahkan diri kepada Allah dan menangis, seolah-olah ada beban begitu berat yang beliau rasakan. Setelah itu pulang dan menyendiri, lagi-lagi sambil menangis. Para sahabat jadi ikut bersedih tanpa tahu apa yang sedang mengganggu pikiran beliau.

Pada hari ketiga, Abu Bakar datang ke rumah Nabi SAW dan berkata, “Assalamu’alaikum yaa ahla baitir rakhmah, apakah saya bisa bertemu Rasulullah SAW??”

Tidak ada jawaban, Nabi SAW hanya diam sehingga (sahabat) pembantu beliau yang menjaga pintu juga tidak berani menjawab dan tidak membukakan pintu. Setelah tiga kali salam tidak ada jawaban, Abu Bakar berlalu pulang sambil menangis tersedu-sedu.

Tidak berapa lama datang Umar bin Khaththab dan berdiri di pintu rumah Nabi SAW. Ia berkata, “Assalamu’alaikum yaa ahla baitir rakhmah, apakah saya bisa bertemu Rasulullah SAW??”

Seperti yang terjadi pada Abu Bakar, tidak ada jawaban, sehingga Umar juga pulang dengan menangis tersedu-sedu.
Kemudian datanglah sahabat Salman al Farisi, ia juga berdiri di depan pintu mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum yaa ahla baitir rakhmah, apakah saya bisa bertemu junjunganku, Rasulullah SAW??”

Seperti pada Abu Bakar dan Umar, tidak ada jawaban sehingga Salman menangis sedih beberapa lamanya, bahkan hingga ia jatuh tanpa menyadarinya. Ia bangkit lagi dan berjalan menuju rumah Fathimah, Salman berkata, “Assalaamu’alaika, wahai putri Rasulullah!!”
Tampaknya sang suami, Ali bin Thalib sedang tidak ada di rumah sehingga Fathimah hanya menjawab salamnya tetapi tidak membukakan pintu. Karena itu Salman berkata lagi, “Wahai putri Rasulullah, sesungguhnya Rasulullah dalam beberapa hari ini sedang menyendiri. Beliau tidak keluar rumah kecuali untuk kepentingan shalat, dan itupun beliau tidak berkata-kata sedikitpun. Beliau juga tidak mengijinkan siapa saja untuk masuk ke rumah beliau!!”

Mendengar pemberitahuan Salman ini, Fathimah segera mengenakan pakaian panjang dan pergi ke rumah Rasulullah SAW. Di depan pintu ia berkata, “Assalaamu’alaika ya Rasulullah, saya adalah Fathimah!!”
Saat itu Nabi SAW sedang sujud dan menangis. Beliau bangkit kemudian bersabda, “Ada apa Fathimah? Aku sedang menyendiri. Bukakan pintu untuk Fathimah!!”

Pintu dibukakan dan Fathimah masuk, seketika itu ia menangis tersedu-sedu melihat keadaan Nabi SAW. Beliau tampak sangat lemah dan pucat pasi, wajahnya sembab karena terlalu sedih dan banyak menangis. Fathimah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang sedang menimpa ayah??”
Nabi SAW bersabda, “Wahai Fathimah, tiga hari yang lalu Jibril datang dan menceritakan tentang neraka….!!”

Rasulullah SAW menceritakan bagaimana Malaikat Jibril menggambarkan keadaan Neraka, sehingga mereka berdua menangis penuh ketakutan, takut akan ‘makar’ Allah. Setelah tangisan mereka agak reda, Jibril menjelaskan lagi bahwa neraka itu mempunyai tujuh pintu, yang masing-masing pintu seluas jarak 70 tahun perjalanan. Pintu yang di bawah lebih panas 70 kali daripada pintu di atasnya.
Nabi SAW bertanya, “Siapakah penghuni pintu-pintu itu?”

Jibril menjelaskan bahwa pintu yang pertama dan yang terbawah sekaligus yang paling panas bernama Hawiyah. Penghuninya adalah kaum munafik, kaum dari Nabi Isa AS yang ingkar setelah diturunkannya hidangan dari langit untuk mereka, dan untuk Fir’aun dan para pengikutnya.

Pintu kedua yang di atasnya bernama Jahim, dihuni oleh orang-orang yang musyrik.
Pintu ke tiga adalah Saqar, dihuni oleh orang-orang Shabi’in.
Pintu ke empat bernama Ladha, dihuni oleh Iblis dan para pengikutnya termasuk kaum Majusi.
Pintu ke lima bernama Huthamah, dihuni oleh orang-orang Yahudi.
Pintu ke enam bernama Sa’ir, dihuni oleh orang-orang Nashrani….

Sampai di situ tiba-tiba Malaikat Jibril terdiam, sementara Nabi SAW menunggu penjelasan lebih lanjut. Merasa aneh dengan diamnya Jibril, Nabi SAW bersabda, “Mengapa engkau memberitahukan penghuni pintu neraka yang ke tujuh??”

Malaikat Jibril tampak segan untuk berbicara, tetapi pandangan mata Nabi SAW tampak ‘memaksa’ untuk mengetahuinya, sehingga Jibril berkata, “Pintu ke tujuh dihuni umat-umatmu yang melakukan dosa besar, dan tidak bertaubat hingga ia meninggal!!”

Mendengar perkataan Jibril yang terakhir, seketika wajah Nabi SAW pucat pasi dan beliau pingsan. Jibril meletakkan kepala beliau di pangkuannya. Setelah sadar, Nabi SAW bersabda, “Betapa besar cobaanku, betapa sedihnya hatiku, jadi ada umatku sebagai penghuni neraka?”
Jibril berkata, “Benar, umatmu yang mengerjakan dosa-dosa besar dan belum bertaubat!!”

Setelah menceritakan hal itu, Fathimah makin terhanyut dan tangisannya makin tersedu. Nabi SAW berkata, “Sejak saat itulah aku teramat sedih dan selalu menangis. Aku banyak bersujud dan merendahkan diri kepada Allah, agar siksa bagi umatku tersebut diringankan oleh Allah!!”
Fathimah berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah mereka itu masuk ke neraka?”

Nabi SAW bersabda, “Mereka digiring malaikat menuju neraka. Wajah mereka tidak hitam, mata mereka tidak biru, mulut mereka juga tidak disumbat. Mereka juga tidak dirantai atau dibelenggu sebagaimana penghuni neraka lainnya…”
Fathimah bertanya lagi, “Bagaimana keadaannya ketika mereka digiring ke neraka??”

Beliau bersabda, “Orang laki-laki ditarik pada jenggotnya, sedangkan yang perempuan ditarik pada rambut ubun-ubunnya…”
Beliau melanjutkan penjelasannya, bahwa ada di antara mereka yang masih muda, ketika ditarik jenggotnya, mereka berkata, “Betapa sayangnya kemudaan dan ketampananku!!”

Sedangkan kaum wanita yang ditarik rambut ubun-ubunnya, mereka berkata, “Alangkah malunya aku!!”
Ketika malaikat yang menggiring ke neraka bertemu malaikat Malik, malaikat penjaga neraka, Malik berkata, “Siapakah mereka ini? Aku tidak pernah menemukan orang yang disiksa seperti keadaan mereka ini. Wajahnya tidak hitam, matanya tidak biru, mulutnya tidak disumbat, mereka juga tidak digiring dalam golongan syaitan yang dibelenggu atau diikat pada lehernya!!”
Malaikat yang menggiring itu berkata, “Demikianlah keadaannya kami diperintahkan membawa mereka kepadamu!!”
Malaikat Malik berkata, “Wahai orang-orang yang celaka, siapakah sebenarnya kalian semua ini??”
Mereka menjawab bahwa mereka adalah ummat Nabi Muhammad yang Ahli Al qur’an berpuasa di bulan Ramadhan, berhaji, berjihad, menunaikan zakat, menyantuni anak yatim, mandi saat jibanat dan shalat lima waktu, tetapi mereka mendapat siksaan Allah. Nauzu Billah


Akhirnya Fathimahpun makin sedih mendengar penjelasan Nabi SAW tersebut, dan menemani Nabi SAW munajat kepada Allah agar umat-umat beliau yang menempati pintu ke tujuh dari neraka itu mendapat keringanan siksaan, dan akhirnya dapat dibebaskan dari neraka.



[Ibnu Ghufron]

Malaikat Jibril Menceritakan Gambaran Neraka

Sungguh Allah SWT telah menyiapkan sebuah tempat yang paling menyeramkan dan yang paling mengerikan sebelum dunia ini diciptakan. Seandainya ditampakkan sedikit saja hal itu mungkin kita tidak akan pernah mengingat dunia ini sedetikpun. Namun semuanya Allah menyembunyikannya untuk menguji hamba-hambanya siapa yang benar-benar bertakwa kepadaNYA. Semoga keimanan kita bertambah Setelah membaca kisah ini dan membuat kita semakin benar-benar meyakininya. Sehingga iman yang kita miliki dapat bertambah dan membawa kita untuk selalu taat kepada Allah Ta’ala. Serta senantiasa berharap terhindar dari siksanya Neraka Allah SWT.

Suatu ketika Malaikat Jibril datang mengunjungi Nabi SAW, dan beliau bersabda, “Tolong engkau gambarkan kepadaku keadaan neraka!!”

Malaikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, api neraka itu hitam kelam, seandainya satu lubang jarum dari api neraka dijatuhkan, maka terbakarlah semua yang ada di muka bumi…!!”
Malaikat Jibril menjelaskan lagi, seandainya satu potong baju dari baju-baju yang ada di neraka digantungkan antara langit dan bumi, niscaya penghuni bumi akan mati karena terciumnya baunya yang sangat busuk.

Seandainya setetes zaqqum (makanan penduduk neraka dari pohon berduri) dilemparkan ke bumi, maka makanan penduduk bumi akan musnah.
Seandainya satu saja dari sembilanbelas malaikat yang disebutkan Allah SWT dalam Al Qur’an (Malaikat Zabaniah yang ditugaskan menyiksa penduduk neraka) muncul di tengah-tengah penduduk bumi, niscaya mereka semua akan mati karena buruknya dari bentuk, penampilan dan rupanya.

Seandainya satu lingkaran dari rantai belenggu neraka seperti yang disebutkan Allah SWT dalam Al Qur’an dibuang ke bumi, niscaya bumi itu hancur hingga lapisan yang paling bawah, dan bumi tidak bisa ditempati lagi.
Mendengar penjelasan-penjelasan tersebut, tiba-tiba Nabi SAW memotong ucapan Jibril, “Cukup, wahai Jibril!!”

Kemudian beliau menangis. Malaikat Jibril ikut menangis melihat beliau menangis, maka Nabi SAW bersabda, “Wahai Jibril, mengapa engkau menangis, sedangkan kedudukan engkau begitu dekat dengan Allah…!!”
Jibril berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada kedudukanku di sisi Allah, kecuali posisiku saat ini. Dan aku (takut) diuji dengan apa yang diujikan kepada Malaikat Harut dan Marut, serta iblis yang terkutuk tersebut!!”

(Harut dan Marut adalah Malaikat yang diuji Oleh Allah SWT menjadi Manusia Lihat Kisahnya >> “2 Malaikat Yang Disiksa Karena Melanggar Perintah”)

Maka dua mahluk termulia dari golongan manusia dan malaikat itu kembali menangis karena takutnya kepada Ujian yang diberi Allah SWT, yang mungkin saja akan menimpa mereka.


Baca Juga Info Menarik Ini : "Nama Malaikat Yang Belum Anda Ketahui"

Thursday, September 17, 2015

Wajah Seperti Keledai Berubah Indah Karena Shalawat Nabi

Dalam menjalankan ibadah haji, tentunya ada doa yang telah dikhususkan dalam melaksanakan haji yang diajarkan oleh Nabi SAW. Namun berbeda dengan seorang pemuda yang saat itu sedang melaksanakan haji, ia hanya mengucapkan shalawat kepada Nabi SAW dalam berbagai kesempatan, termasuk ketika berada di tempat-tempat mustajabah. Hal itu sempat menimbulkan berbagai dugaan dan tanda tanya pada orang-orang di sekitarnya, padahal dari tampaknya ia bukan orang yang awam dalam hal ilmu agama. Akhirnya ada seseorang yang memberanikan diri bertanya, “Mengapa engkau tidak membaca doa-doa ma’tsur yang diajarkan Nabi SAW pada tempat-tempat tertentu?”

Lelaki itu minta maaf kalau aktivitasnya membaca shalawat itu mengganggu mereka, kemudian ia menceritakan pengalamannya beberapa tahun yang lalu. Saat itu ia berangkat haji bersama ayahnya, tetapi ketika sampai di Bashrah di suatu malam, ayahnya itu meninggal dunia. Ia sangat sedih karenanya, tetapi yang lebih menyedihkan lagi, wajah ayahnya itu ternyata berubah seperti wajah keledai.

Dengan kesedihan yang begitu mendalam sehingga mempengaruhi keadaan jiwanya, ia jatuh tertidur. Dalam tidurnya itu ia bermimpi melihat kehadiran Nabi SAW, ia segera memegang tangan beliau dan menceritakan ayahnya yang meninggal dalam keadaan begitu memprihatinkan. Padahal mereka dalam niat dan perjalanan kepada kebaikan, yakni beribadah haji. Nabi SAW bersabda, “Ayahmu itu makan riba, sedang pemakan riba keadaannya memang seperti itu ketika meninggal.

Namun demikian ayahmu mempunyai amalan istiqomah membaca shalawat kepadaku seratus kali setiap malamnya. Karena itu, ketika malaikat memberitahukan keadaan ayahmu kepadaku, aku meminta ijin kepada Allah untuk memberikan syafaat kepada ayahmu dan Allah mengijinkannya…!!” 
Setelah itu ia terbangun dari mimpinya, dan ia melihat wajah ayahnya kembali seperti semula, bahkan kali ini tampak sangat cemerlang seperti bulan purnama. Keesokan harinya ia memakamkan jenazah ayahnya, dan terdengar hathif (suara tanpa wujud), “Keselamatan ayahmu karena ia suka dan sering membacakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW!!”

Lelaki itu menutup ceritanya dengan berkata kepada jamaah haji yang mengitarinya, “Sejak saat itulah aku bersumpah kepada diriku sendiri, tidak akan meninggalkan shalawat kepada Nabi SAW, dalam keadaan bagaimanapun dan dimanapun aku berada!!”

Kisah ini menunjukkan suatu keberkahan yang Allah berikan kepada orang yang selalu mengamalkan shalawat Kepada Nabi-NYA.

Semoga kita dapat memetik hikmah dari kisah ini. Dan berniat untuk mengamalkan shalawat Nabi Insya ALLAH...

[Ibnu Ghufron]




Pesan Nabi Untuk Menghadapi Bulan Ramadhan

Inilah pesan Nabi kepada para sahabat untuk menghadapi bulan Ramadhan. Semoga kita dapat mengamalkannya. Pada suatu hari, di hari terakhir dari Bulan Sya’ban, Rasulullah SAW berdiri di hadapan para sahabat yang berkumpul, dan bersabda, “Hai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah (yakni Bulan Ramadhan), di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan (yakni, Lailatul Qadr). Allah mewajibkan puasa di dalamnya, dan bangun malamnya hanyalah sunnah. Dan barang siapa berbuat kebaikan di dalamnya (yang sifatnya sunnah) untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka (pahalanya) bagaikan mengerjakan yang fardhu di bulan lainnya. Barang siapa yang mengerjakan amalan fardhu, maka (pahalanya) bagaikan mengerjakan 70 amalan fardhu di bulan lainnya….”

Kemudian Nabi SAW meneruskan sabda beliau, bahwa Bulan Romadhon itu adalah bulan kesabaran, dan pahala dari kesabaran adalah surga. Ia juga bulan bantuan / pertolongan dan bulan bertambahnya rezeki. Barang siapa yang memberikan makanan berbuka untuk orang lain yang berpuasa, maka ia akan mendapat maghfirah atas dosa-dosanya, yang akan melepaskan dirinya dari api neraka. Ia juga akan memperoleh pahala orang yang berpuasa (yang diberinya makanan berbuka) itu, tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.

Salah seorang sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami yang bisa memberikan makanan untuk berbuka itu!!”
Nabi SAW bersabda, “Allah akan memberi pahala kepada orang yang memberi makanan untuk berbuka, walau hanya berupa sebutir kurma, seteguk air, atau hanya se-isapan air susu…!!”

Rasulullah SAW meneruskan sabdanya lagi, bahwa Bulan Ramadhan itu permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan (maghfirah) Allah, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka. Barang siapa yang memberikan keringanan beban kerja kepada budak-budak (atau pembantu-pembantu)-nya pada bulan itu, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari siksaan api neraka.

Nabi SAW juga berpesan, agar kita memperbanyak (ucapan atau dzikr) dari empat macam, dua macam yang akan mengundang keridhaan Allah kepada kita, dan dua macam lainnya yang kita sangat berhajad atau memerlukannya. Dua macam (ucapan/dzikr) untuk keridhaan Allah adalah : Asyhadu allaa ilaaha illallaah (Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah) dan Astaghfirullah (Saya mohon ampunan kepada Allah). Sedangkan dua macam (ucapan/dzikr) yang kita sangat memerlukannya adalah : Nas’alukal jannata (Kami meminta kepada-Mu surga) dan Wa na’uudzubika minan naar (Dan kami berlindung kepada-Mu dari neraka).

Dalam riwayat lainnya, dua hal yang kita memerlukan itu adalah : Nas’aluka ridhooka wa jannata (Kami meminta kepada-Mu keridhoan-Mu dan surga) dan Wa na’uudzubika min sakhootika wan naar (Dan kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan neraka).

Beliau juga bersabda, bahwa barang siapa yang memberikan minuman (untuk berbuka) pada orang-orang yang berpuasa, maka Allah akan memberinya minuman dari telaga Rasulullah SAW (Al Haudh, al Kautsar). Siapa yang memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa dari hasil yang halal, maka para malaikat akan mendoakannya pada semua malam-malam di Bulan Ramadhan, dan ia akan berjabat tangan dengan malaikat Jibril di (malam) Lailatul Qadr. Barang siapa yang telah berjabat tangan dengan malaikat Jibril, hatinya akan menjadi lunak dan deras air matanya. Maksudnya, ia akan mudah menangis atau terenyuh karena takut kepada Allah atau karena menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah.

Itulah rangkaian pesan Nabi SAW yang disampaikan kepada para sahabat pada akhir Bulan Sya’ban. Tujuannya jelas, agar umat Islam, termasuk kita semua, makin bersemangat dan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah di Bulan Ramadhan tersebut, tentunya dalam batas kemampuan masing-masing.  

[Ibnu Ghufron]



Nabi SAW Perlihatkan Dahsyatnya Keburukan Ghibah

Perbuatan Ghibah (Membicarakan Keburukan Orang Lain) seakan tidak pernah lepas dari keseharian kita. Setiap pembicaraan pasti dengan sendirinya akan mengarah pada ghibah. Kalau istilah sekarang dibilang “Gosip”. Setiap kesalahan dan keburukan orang lain yang dibicarakan itu adalah Ghibah. Meskipun itu benar adanya dan selama pembicaraan itu tidak disenangi oleh orang yang dibicarakan. Namun jika yang dibicarakan itu adalah kesalahan dan keburukan yang tidak ada dasarnya (tidak benar) maka perbuatan itu jatuh kepada “Fitnah”. Ghibah juga ternyata terjadi juga diantara kalangan sahabat. Untuk itulah Nabi selalu mengingatkan untuk menjauhi ghibah. Hingga suat saat Nabi SAW memperlihatkan Dahsyatnya Ghibah tersebut.

Peristiwa ini terjadi pada Ahlush Shuffah, Para sahabat Ahlush Shuffah adalah para sahabat yang tinggal di serambi masjid Nabi SAW karena keadaan mereka yang miskin, atau mereka yang memilih untuk tinggal di sana karena ingin selalu dekat dan bertemu dengan Nabi SAW setiap saat. Mereka tidak makan/minum atau berganti pakaian/kain kecuali yang diberikan oleh Nabi SAW, dan mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk beribadah dan menimba ilmu dari Nabi SAW. Keadaan ini sangat menguntungkan karena ketika terjadi kesalahan atau mereka terjatuh dalam kemaksiatan, yang samar sekalipun, Nabi SAW akan langsung mengoreksi mereka, seperti peristiwa berikut ini.

Suatu ketika Zaid bin Tsabit, seorang sahabat Anshar yang masih muda, tetapi mempunyai kedekatan dengan Nabi SAW, bahkan memiliki kelebihan di bidang ilmu Al Qur’an, sedang berada di antara sahabat ahlush shuffah. Ia menceritakan beberapa riwayat atau hadits yang pernah didengarnya langsung dari Rasulullah SAW, atau mungkin dialaminya sendiri bersama beliau. Walau kelihatannya mereka tampak senang mendengarkan, tetapi ada beberapa orang sahabat yang tampak kurang berkenan.

Tiba-tiba datang seorang utusan yang datang kepada Nabi SAW dengan membawa daging yang cukup banyak. Maka salah seorang dari mereka berkata, “Wahai Zaid, masuklah ke rumah Rasulullah dan katakan bahwa kami sudah cukup lama tidak makan daging. Mungkin beliau akan memberikan sebagian daging itu untuk kami!!”

Ketika Zaid bangkit menuju rumah Nabi SAW, sebagian dari mereka berkata, “Lihatlah Zaid ini, bukankah kita semua bertemu dengan Rasulullah sebagaimana dia bertemu dengan beliau (Maksudnya, tidak ada kelebihan Zaid terhadap mereka), mengapa ia duduk di sini mengajarkan hadits kepada kita??”

Setelah diijinkan, Zaid masuk ke rumah Nabi SAW dan menyampaikan permintaan/pesan para sahabat ahlush shuffah itu. Tetapi Nabi SAW bersabda, “Katakan kepada mereka bahwa saat ini mereka sedang makan daging!!”
           
Zaid bin Tsabit tampak terheran-heran dengan perkataan Nabi SAW, ia melihat sendiri bahwa mereka tidak makan apapun, bahkan tampaknya mereka sedang lapar. Tanpa membantah dan menjelaskan apa yang dilihatnya, Zaid kembali ke ahlush shuffah dan menyampaikan pesan Nabi SAW. Merekapun berkata, “Demi Allah, sudah sekian lama kami tidak memakan daging!!”
Zaid kembali kepada Nabi SAW menyampaikan perkataan sahabat ahlush shuffah itu, tetapi dengan tegas Nabi SAW bersabda, “Saat ini mereka sedang makan daging!!”

Zaid menemui para sahabat itu dan menyampaikan pesan beliau. Mereka bangkit, datang berombongan menuju rumah Nabi SAW. Setelah mereka berkumpul, Nabi SAW keluar rumah dan berkata, “Kalian semua baru saja makan daging saudaramu ini (sambil menunjuk Zaid), dan bekas daging itu masih tersisa di gigi-gigimu itu. Meludahlah sekarang supaya kalian dapat melihat merahnya daging itu!!”

Benar saja, begitu mereka meludah, tampaklah warna merah darah di antara ludahnya. Mereka terkejut dan sangat heran dengan apa yang terjadi. Dengan sebab kejadian itu Mereka merasa malu dan menyesali apa yang telah mereka lakukan terhadap Zaid. Akhirnya Merekapun bertaubat, kemudian meminta maaf dan kehalalan dari Zaid bin Tsabit. Setelah tahu duduk persoalannya, dengan senang hati Zaid memaafkan mereka.

Begitulah perumpamaan orang yang mengghibah. Sungguh orang yang mengghibah saudaranya muslim seperti ia memakan daging saudaranya sendiri.

Pada riwayat yang lain juga diceritakan bahwa Nabi SAW sedang berjalan-jalan dengan beberapa orang sahabat. Tiba-tiba tercium bau busuk seperti bau bangkai terbawa angin. Langsung saja Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya ada orang munafik yang menggunjing orang-orang muslim, karena itulah bertiup angin yang berbau busuk ini!!”

Marilah kita lebih menjaga dan menjauhkan sifat senang menceritakan Keburukan Orang Lain.


[Ibnu Ghufron]

Wednesday, September 16, 2015

8 Hal Yang Lebih Disukai Rasulullah

Anas bin Malik RA, adalah seorang sahabat ‘kecil’ Rasulullah SAW yang membaktikan hidupnya untuk menjadi pelayan beliau hingga beliau meninggal dunia. Dikatakan sahabat ‘kecil’ karena ia telah diserahkan ibunya,  Ummu Sulaim binti Milhan kepada Nabi SAW ketika usianya belum mencapai sepuluh tahun. Karena masih kecil itu, ia sangat akrab dan disayang oleh Rasulullah SAW layaknya putra beliau sendiri. Dan karena sejak masih kecil pula, ia banyak ‘merekam’ peristiwa dan ucapan-ucapan beliau, sehingga ia menjadi salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi SAW.

Suatu ketika Nabi SAW tampak dalam keadaan agak ‘santai’, maka Anas bin Malik mendatangi beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai, sepotong roti yang saya shodaqohkan atau saya shalat sunnah seratus rakaat?”
Nabi SAW bersabda, “Sepotong roti yang engkau shodaqohkan itu, lebih aku sukai daripada engkau shalat sunnah duaratus rakaat!!”

Anas bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai, memenuhi kebutuhan sesama muslim atau shalat sunnah seratus rakaat??”
Nabi SAW bersabda, “Memenuhi kebutuhan sesama muslim itu, lebih aku sukai daripada shalat sunnah seribu rakaat!!”

Anas bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai, meninggalkan sesuap makanan yang haram atau shalat sunnah seribu rakaat??”
Nabi SAW bersabda, “Meninggalkan sesuap makanan haram itu, lebih aku sukai daripada shalat sunnah dua ribu rakaat!!”

Anas bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai, meninggalkan fitnah (mengumpat/mengghibah) atau shalat sunnah seribu rakaat??”
Nabi SAW bersabda, “Meninggalkan fitnah itu, lebih aku sukai daripada shalat sunnah sepuluh ribu rakaat!!”

Anas bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai, memenuhi kebutuhan seorang janda atau shalat sunnah sepuluh ribu rakaat??”
Nabi SAW bersabda, “Memenuhi kebutuhan seorang janda itu, lebih aku sukai daripada shalat sunnah tigapuluh ribu rakaat!!”

Anas bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai, duduk-duduk bersama keluarga atau duduk (i’tikaf) di masjid??”
Nabi SAW bersabda, “Duduk sesaat bersama keluarga itu, lebih aku sukai daripada i’tikaf di masjidku ini!!”

Anas bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai, memberi belanja keluarga atau berinfak di jalan Allah??”
Nabi SAW bersabda, “Satu dirham yang dibelanjakan oleh seseorang untuk keluarganya, lebih aku sukai daripada seribu dinar yang ia infaqkan di jalan Allah!!”

Anas bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai, berbakti kepada ke dua orang tua atau beribadah selama seribu tahun??”
Nabi SAW bersabda, “Wahai Anas, yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap, karena sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang tentu lenyap (pada akhirnya, setidaknya di akhirat kelak). Maka berbakti kepada dua orang tua, lebih aku sukai daripada beribadah selama dua juta tahun!!”

[Ibnu Ghufron]

Tangisan Nabi Kepada 9 Kelompok Wanita Disiksa Dineraka

Kecintaan Nabi terhadap ummatnya, sungguh sangat besar dan luar biasa. Kesedihan dan air mata yang selalu saja membasahi wajah Rasulullah yang agung. Hari demi hari, waktu demi waktu selalu hanya memikirkan nasib ummatnya. Bahkan kerisauannya berlanjut hingga hari kiamat nanti. Subhanallah. Betapa Agung akhlak Rasul kita ini. Hingga Suatu ketika Ali bin Abi Thalib bersama istrinya, Fathimah az Zahrah, mengunjungi Nabi SAW, tetapi beliau tampak sedang menangis penuh kesedihan. Melihat keadaan mertuanya itu, Ali berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang membuat engkau menangis?”
Nabi SAW bersabda, “Pada malam aku diisra’kan ke langit, aku melihat umatku dari para wanita yang sedang mengalami berbagai macam siksaan yang pedih di neraka. Dan saat ini aku teringat dengan keadaan mereka itu sehingga aku menangis!!”

Ali bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, siksaan seperti apakah yang diperlihatkan kepada engkau terhadap wanita-wanita itu?”

Masih dengan wajah yang diliputi kesedihan, Nabi SAW menyebutkan satu persatu keadaan 9 kelompok wanita-wanita yang mengalami penyiksaan tersebut.  Sebagai sesama wanita, Fathimah merasa terenyuh (terhanyut dalam kepedihan) dengan azab yang menimpa kaumnya itu, kemudian ia berkata, “Wahai ayahku, pelipur lara hatiku, beritahukanlah kepadaku, apakah yang dilakukan oleh para wanita tersebut??”

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Fathimah, sekelompok wanita yang disiksa dengan cara digantung dengan rambutnya, dan otaknya dalam keadaan mendidih. Selama hidup di dunia mereka ini tidak pernah menyembunyikan (menutup) rambutnya dari laki-laki lain, yang bukan suami atau mahramnya. Dan ia tidak pernah bertaubat sampai akhir hidupnya!!”

Kemudian Nabi SAW menjelaskan lebih lanjut. Sekelompok wanita lainnya disiksa dengan cara digantung dengan lidahnya, tangannya dikeluarkan (dibelenggu) di punggungnya, kemudian dituangkan aspal panas di tenggorokannya. Selama hidup di dunia, mereka ini sangat senang menyakiti hati suaminya dengan lidahnya. Mereka ini mati sebelum meminta maaf kepada suaminya dan bertaubat kepada Allah, dan suaminya dalam keadaan tidak ridho (tidak memaafkan) kepadanya.

Sekelompok wanita lainnya disiksa dengan cara digantung dengan dua payudaranya dari belakang punggungnya, kemudian dituangkan zaqqum (buah atau kayu berduri di neraka) pada tenggorokannya. Selama hidup di dunia mereka ini senang menyusui anak-anak orang lain, tanpa perintah suaminya. Dan mereka ini mati sebelum bertaubat kepada Allah.

Sekelompok wanita lainnya disiksa dengan cara digantung dengan dua tangan dan dua kakinya terikat pada (di atas) ubun-ubunnya, sementara ular-ular dan kalajengking memakan dan menggerogoti dirinya. Selama hidup di dunia mereka ini sering keluar rumah tanpa ijin suaminya, dan juga tidak mau mandi (jinabat) setelah haid dan nifas. Dan mereka ini mati sebelum bertaubat kepada Allah atas dosa-dosanya itu.

Sekelompok wanita lainnya disiksa dengan cara dinyalakan api di bagian bawah tubuhnya (seolah-olah mereka dimasak atau dipanggang), kemudian mereka itu memakan jasadnya sendiri (yang telah matang). Selama hidup di dunia mereka ini senang berhias (mempercantik) diri untuk laki-laki lain, dan suka menggunjing (ghibah, Jawa:ngerasani) orang lain. Dan mereka ini mati sebelum bertaubat kepada Allah atas dosa-dosanya itu.

Sekelompok wanita lainnya disiksa dengan cara wajahnya dijadikan hitam legam, dan mereka memotong-motong tubuhnya dengan gunting api, kemudian memakan usus-ususnya sendiri. Selama hidup di dunia mereka ini senang menunjukkan (memamerkan) tubuhnya, sehingga orang-orang bisa melihat perhiasannya (kelebihan atau keelokan tubuhnya), dan akhirnya kaum laki-laki jadi tertarik kepadanya. Dan mereka ini mati sebelum bertaubat kepada Allah atas dosanya itu.

Sekelompok wanita lainnya disiksa dengan cara dimasukkan ke dalam peti api, dalam keadaan tuli, bisu dan buta, kemudian otaknya keluar (mengalir) lewat hidungnya. Bau tubuhnya lebih busuk daripada orang yang berpenyakit kusta dan lepra. Selama hidup di dunia mereka ini sebenarnya mampu melaksanakan shalat dan puasa, tetapi mereka tidak mau melaksanakan keduanya, tidak berwudhu, dan juga tidak mandi jinabat. Dan mereka ini mati sebelum bertaubat kepada Allah atas dosa-dosanya itu.

Sekelompok wanita lainnya disiksa dengan cara wajahnya dirubah seperti babi hutan, dan badannya seperti badan himar (keledai), dan sejuta macam siksaan ditimpakan kepadanya. Selama hidup di dunia mereka ini sangat senang berdusta dan mengadu domba sesamanya. Dan mereka ini mati sebelum bertaubat kepada Allah atas dosa-dosanya itu.

Sekelompok wanita lainnya disiksa dengan cara tubuhnya dirubah seperti anjing, kemudian ular-ular dan kalajengking masuk melalui mulut dan kemaluannya, serta keluar dari duburnya. Sementara itu satu malaikat memukul kepalanya dengan pemukul dari api. Selama hidup di dunia mereka ini senang membuat fitnah dan menyebarkannya, serta seringkali membuat jengkel suaminya. Dan mereka ini mati sebelum bertaubat kepada Allah atas dosa-dosanya itu, dan suaminya-pun tidak ridha kepadanya.

Mendengar penuturan Nabi SAW tersebut, Fathimah ikut menangis, sedih bercampur takut, kemudian memohon perlindungan Allah untuk tidak terjatuh pada dosa-dosa tersebut.

Wahai Saudaraku Kaum wanita, Mulailah untuk berfikir dari sekarang. Jauhkan dirimu dari perbuatan hal-hal yang telah dirisaukan oleh baginda Nabi kita. Karena itu pasti akan terjadi. Mulailah memperbaiki diri, karena jika telah mati tanpa sempat bertaubat maka penyesalanlah yang akan terjadi, dan tak akan pernah bisa mengulangnya kembali.
Semoga Allah memberikan petunjuk bagi kita yang membacanya. Amin...


[Ibnu Ghufron]

Ummat Islam Telah Memiliki Surat Izin Di Akhirat

Dahsyatnya hari kiamat sungguh tidak akan ada yang sanggup untuk merasakannya. Namun jika Allah berkehendak maka tidak akan ada yang bisa lari darinya. Hal ini pasti akan kita alami bersama. Ketika dunia ini tiada lagi. Tapi suatu keberuntungan yang tidak terhingga bagi kita Ummat Nabi Muhammad SAW. Kita telah dimuliakan dengan agama Islam. Agama yang Allah berikan surat izin ketika di akhirat. Namun sangat sayang jika surat izin yang diberikan ini tidak digunakan dan diamalkan dengan sungguh-sungguh didunia. Apakah itu ?? Simak kisah berikut ini :

Suatu ketika Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW untuk menyampaikan Wahyu/Firman  Allah QS Ibrahim ayat 48  : “Yauma tubaddalul ardhu ghairal ardhi was samaawaatu wa barazuu lillaahil waahidil qahhaar.” Artinya adalah : “(Yaitu) pada hari (kiamat, ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.”

Setelah menerima wahyu tersebut, Nabi SAW berkata. “Wahai Jibril, bagaimana keadaan manusia pada hari kiamat nanti??”

Malaikat Jibril menceritakan bahwa semua manusia akan berkumpul di atas bumi yang putih, bumi baru yang belum ada orang yang berbuat dosa di sana. Ketika terdengar suara jahanam menggelegar satu kali, para malaikat berpegangan pada Arsy, dan masing-masing berkata, “Wahai Tuhanku, aku tidak memohon kepada-Mu kecuali (keselamatan) diriku!!”
(Para Malaikat Allah saja sangat ketakutan, apalagi kita dari golongan manusia nanti... Ya Robbi...)

Jibril menyatakan bahwa saat itu gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Nabi SAW bertanya, “Wahai Jibril, apa yang dimaksud dengan bulu yang dihambur-hamburkan?”

Jibril berkata, “Bulu yang dicabut kemudian dihamburkan (dilemparkan ke segala arah), dan gunung menjadi cair karena takut kepada Jahanam.”
Jibril melanjutkan penjelasannya, pada saat kiamat tersebut, jahanam didatangkan dengan mengeluarkan satu suara yang menggelegar, tali kekangnya ditarik oleh 70.000 malaikat dan ia diberhentikan di hadapan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Allah berfirman dengan Penuh PerkasaNYA, “Wahai Jahanam, bicaralah kamu!!”

Jahanam berkata, “Laa ilaaha illallaah, demi Kemuliaan dan Kebesaran-Mu, Ya Allah, sungguh hari ini saya akan menyiksa orang-orang yang makan rezeki-Mu tetapi tidak mau menyembah-Mu. Tidak akan bisa (selamat) melewati saya, siapa saja yang tidak mempunyai surat ijin!!”
Nabi SAW berkata, ‘Wahai Jibril, apakah surat ijin pada hari kiamat itu??”           

Jibril berkata, “Wahai Muhammad, terimalah kabar gembira, sesungguhnya umatmu telah memiliki surat ijin untuk hari kiamat itu. Ingatlah, orang yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (dengan tulus membaca kalimat Tahlil : Laa ilaaha illallaah), itulah surat ijin untuk bisa melewati shirat (titian, jembatan) jahanam dengan selamat (atau pada akhirnya ia ‘akan’ selamat dari siksaan jahanam)…!!”

Nabi SAW berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan ilham (kepada umatku) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (Laa ilaaha illallaah)…!!”

AL HADIST
Anas r.a. meriwatkan  ( Dalam sebuah riwayat yang panjang ), bahwa Nabi SAW bersabda : Orang-orang yang dibebaskan dari neraka , mereka yang pernah mengucapkan La ilaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan ( iman ) walaupun sebesar tepung gandum. Setelah mereka akan dikeluarkan dari neraka mereka yang mengucapkan La ilaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan  ( iman ) walaupun seberat tepung terigu. Sesudaah itu, akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah  dan dalam hatinya ada kebaikan (iman ) walaupun sebesar debu. (HR.Bukhari)