Monday, August 31, 2015

Nabi Menyambung Kembali Tangan Terpotong

Sebagai seorang Nabi dan Rasul, Mukjizat adalah merupakan suatu keistimewaan yang Allah berikan kepada para Nabi, untuk menjadikan para ummatnya meyakini dengan sebenarnya bahwa mereka adalah utusan Allah. Begitu juga dengan baginda Muhammad SAW. Nabi Muhammad banyak memiliki mukjizat yang Allah berikan kepadanya, Sebagai bukti Kerasulan Beliau. Diantaranya Dalam kisah diceritakan oleh sahabat beliau bernama Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah menyambung kembali tangan yang terpotong seorang badui yang dipakainya menampar Nabi. Bagaimana kisahnya ? berikut kisah selengkapnya.

Ketika Nabi Muhammad saw memasuki rumah Siti Fatimah, di saat itu pula Fatimah mengadu bahwa dirinya sedang dalam keadaan lapar."
"Ayah, kami sekeluarga sudah tiga hari tidak makan."
Maka dengan rasa sedih perut beliau ditampakkan, yang saat itu diganjal dengan batu dan diikat pada perut beliau.
"Fatimah," sabda beliau, "jika engkau tiga hari tidak makan, ayahmu sudah empat hari."

Kemudian beliau keluar dari rumah itu sambil mengeluh, " Aduh kasihan, Hasan dan Husain sangat lapar!" Beliau terus melanjutkan perjalanan, hingga sampai ke luar kota Madinah. Kemudian langkah beliau terhenti ketika melihat orang Badui yang menimba air di sebuah sumur. Orang Badui itu tidak tahu bahwa yang berhenti itu adalah Rasulullah.
"Hai Badui' ucap Rasulullah, "Adakah pekerjaan yang dapat kau berikan kepadaku?"
"Ya," jawab Badui. "Kerja apa?" tanya Nabi.
"Menimbakan air sumur ini," jawab Badui sambil memberikan timba kepada Nabi Muhammad saw. Beliau lalu menimba air sumur, dan Badui itu memberinya upah sebanyak tiga buah kurma. Nabi pun memakannya. Kemudian Nabi saw menimba lagi sebanyak delapan kali, tapi setelah mau masuk kesembilan kalinya, tali timba putus dan jatuh ke sumur, hingga Nabi saw berhenti dan merasa kebingungan. Melihat timba itu jatuh, si Badui datang memarahi dan menampar wajah beliau, kemudian ia membayar ongkosnya, sebanyak dua puluh empat butir kurma. Ongkos itu diambil oleh Nabi saw tanpa menunjukkan sikap marah, lalu beliau turun ke dalam sumur untuk mengambil timba yang terjatuh.

Setelah timba itu dapat terambil dengan tangan beliau yang mulia, lalu dikembalikan kepada Badui itu. Segera si Badui meninggalkan tempat itu. Di tengah jalan ia tertegun dan berpikir sejenak. "Jangan-jangan orang itu adalah Nabi Muhammad," pikirnya. Kemudian ia mengambil pisau dan memotong tangan yang menampar tadi, sehingga ia pingsan ke tanah. 

Beberapa saat kemudian datanglah sekelompok musafir lewat di tempat itu. Mereka tertegun ketika melihat orang Badui itu pingsan dan tangannya terpotong. Lalu mereka menyirami air ke sekujur tubuhnya sampai pulih kembali. Sesudah itu mereka bertanya,
"Musibah apa yang menimpamu?"
"Saya telah menampar wajah seseorang, yang saya sangka orang itu adalah Muhammad, karena itu saya potong tangan yang menamparnya, karena takut akan mendapat musibah” ulas Badui itu.

Sehabis berkata begitu, ia mengambil tangannya yang dipotong, kemudian ia datang ke masjid. Setibanya di sana, ia memanggil-manggil, "Wahai sahabat! Mana yang bernama Muhammad? Mana Muhammad." la terus berkata begitu. Maka Abu Bakar, Umar, Usman, yang saat itu berdiam di masjid bertanya, "Mengapa kamu bertanya Nabi Muhammad?"
"Saya harus berjumpa dengannya," jawab Badui itu.

Salman kala mendengar kata itu, bangkit dan memegang tangan Badui, kemudian dibawa ke rumah Siti Fatimah. Setibanya di rumah, si Badui itu memanggil Nabi saw dengan suara keras, "Muhammad!" Saat itu Nabi Muhammad saw sedang mendudukkan Hasan di atas paha kanan dan Husein di atas paha kiri beliau sambil memberi kurma kepada mereka.

Begitu Rasulullah mendengar panggilan itu, beliau menyuruh Fatimah untuk menemuinya.
"Lihatlah, siapa di depan pintu itu!" sabda beliau. Siti Fatimah segera keluar menuju pintu, tiba-tiba ia tertegun ketika melihat orang Badui yang tangan kanannya terpotong dan dibawa dengan tangan kirinya serta darahnya masih mengalir.
Melihat kenyataan ini, Siti Fatimah bergegas mendatangi Nabi Muhammad saw dan mengabarkan apa yang dilihatnya.

Nabi Muhammad saw terkejut mendengar berita dari putrinya, lalu bangkit menuju pintu menemui Badui itu. Setelah melihat kedatangan Nabi saw, Badui itu berkata, "Maafkanlah aku Muhammad, karena saya tidak mengenalmu."
"Mengapa tanganmu terpotong?" tanya beliau heran.
"Tidak akan kekal tanganku yang telah menampar wajahmu."
"Masuklah Islam, supaya kamu selamat."
"Hai Muhammad! Kalau kau memang benar Nabi, perbaikilah tanganku” ujar Badui itu menguji Rasulullah.


Beliau menatap sebentar pada tangannya yang dipotong itu, kemudian dengan hati-hati tangan itu disambung kembali ke tempat asal, kemudian diusap-usap dengan ludah sambil mengangkatnya. Maka dengan izin Allah tangan itu bisa tersambung kembali seperti sedia kala, dan orang Badui tersebut akhirnya masuk Islam. Wallahu A'lam ..[Kisah Orang Sabar]

Saturday, August 29, 2015

Kisah Pengemis Buta Penghina Rasulullah

Kisah yang mengharukan kali ini adalah kisah Pengemis buta Yang selalu menghina Rasulullah SAW. Dari kisah ini terdapat tampilan pribadi Rasulullah SAW yang sesungguhnya, ia meninggalkan sebuah kesan yang sangat dalam yang tidak akan bisa terlupakan. Semoga kisah kali ini dapat menambah kecintaan kita terhadap Rasulullah sang panutan hidup kita. Berikut kisahnya :

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah terdapat seorang pengemis Yahudi yang buta. Hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya."

Setiap pagi Rasulullah mendatanginya dengan membawa makanan dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah menyuapi makanan yang dibawanya ke pada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah melakukannya hingga menjelang beliau wafat.

Setelah Rasulullah wafat, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi yang buta itu. Suatu hari Abu Bakar ra berkunjung ke rumah putrinya Aisyah ra. Beliau bertanya, "Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?"
Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah, cngkau adalah scorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kccuali satu sunnah saja."
"Apakah itu?" tanya Abubakar RA.
"Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana” kata Aisyah.

Setelah Mendengar penuturan putrinya, Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "Siapakah kamu?"
Abu Bakar ra menjawab, "Aku orang yang biasa membawa makanan untukmu"
"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," jawab si pengemis buta itu. "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan padaku dengan mulutnya sendiri," pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw."

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu bakar RA ia pun terperanjat dan menangis. kemudian Pengemis itu berkata, "Benarkah demikian?
“Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pemah memarahiku sedikit pun, bahkan ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia."

Akhirnya Pengemis Yahudi buta tersebut bersyahadat di hadapan Abubakar RA. Betapa Rasulullah SAW meninggalkan kesan yang begitu dalam pada hati pengemis tersebut. Semoga kisah ini memberikan inspiratif bagi kita untuk menjadi orang yang lebih sabar dan berpribadi yang lembut. Betapa perilaku lembut dapat meluluhkan hati Keras seseorang. Insya Allah !! 
[Kisah Orang Sabar]

Friday, August 28, 2015

Sumur Zam-Zam Yang Menghilang Ditemukan Kembali

Selain Peristiwa tentara gajah yang musnah dihancurkan burung ababil. Ada juga sebuah peristiwa ajaib yang terjadi sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW. Yaitu sumur zam-zam yang merupakan sumber kehidupan di sekitar baitullah (Ka’bah) dikota Mekkah. Berangsur-angsur sumur zam-zam mengering dan pada akhirnya menghilang tanpa jejak. Selama berabad-abad, orang-orang telah lama mencari keberadaan sumur tersebut dan menggalinya tetapi hasilnya nihil. Ternyata setelah Nabi Ismail wafat, kemaksiatan dan kemusrikan merajalela disekitar Ka’bah. Inilah yang mengakibatkan sumur zam-zam menghilang.

Kejadian ini sampai pada masa Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad). Abdul Muthalib adalah penjaga dan pengurus Baitullah. Hingga suatu saat Abdul Muthalib bermimpi, ia didatangi suara ghaib yang memerintahkannya untuk mencari dan menggali kembali sumur Zam-zam, sekaligus menunjukkan tempatnya, yang memang tepat seperti ketika pertama kali ditemukan oleh Nabi Ismail. Padahal berabad-abad sebelumnya, banyak sekali yang berusaha menggali di tempat yang sama, tetapi tidak memperoleh hasil apa-apa.

Abdul Muthalib segera melaksanakan perintah ghaib tersebut. Dalam penggalian itu Abdul Muthalib menemukan simpanan benda berharga milik Bani Jurhum, kabilah yang pertama kali tinggal dan menemani Nabi Ismail dan Hajar di Makkah, istri Nabi Ismail juga berasal dari kabilah itu. Benda-benda berupa beberapa pedang, baju besi dan dua pangkal pelana itu semuanya terbuat dari emas. Abdul Muthalib memasang pedang dan dua pangkal pelana itu pada pintu Ka’bah.

Setelah melakukan penggalian beberapa hari lamanya, sumur Zam-zam itu akhirnya ditemukan kembali, dan airnya-pun sangat berlimpah. Tampaknya memang Allah menghendaki munculnya sumur Zam-zam itu kembali untuk dinikmati oleh kecintaan-Nya, Nabi Muhammad SAW yang tidak lama lagi akan dilahirkan, termasuk kaum kerabat beliau dan seluruh umat beliau hingga hari kiamat tiba.

Sumur Zam-zam memang ajaib. Berbeda dengan sumur yang umumnya mempunyai mata air di bagian bawah sendiri, Zam-zam ini mata airnya di tengah. Dengan kedalaman 30 meter dari bibir sumur, mata air itu berada pada jarak 13 meter, dan memenuhi sumur sampai batas 4 meter dari bibir sumur. Ada dua mata air utama, pertama yang keluar dari suatu celah sepanjang 75 cm setinggi 30 cm yang mengarah pada Hajar Aswad, yang kedua celah sepanjang 70 cm setinggi 30 cm yang mengarah pada pengeras suara saat ini. Ada juga beberapa celah kecil yang mengalirkan air juga, yang mengarah pada bukit Shafa dan Marwa. Diameter  sumur juga berbeda-beda, berkisar antara 1,46 m hingga 2.66 m. Debit airnya antara 11 liter hingga 18,5 liter perdetik.

Ketika sumur Zam-zam itu ditemukan kembali, beberapa kabilah Quraisy lainnya ingin campur tangan dalam pengelolaannya, mereka berkata, “Kami ingin bersekutu!!”

Dengan tegas Abdul Muthalib berkata, “Tidak bisa, ini adalah urusan yang khusus ada di tanganku!!”

Tetapi kabilah-kabilah itu agak memaksa, maka Abdul Muthalib berkata, “Baiklah, kita bawa masalah ini kepada dukun wanita dari Bani Sa’d. Aku tidak akan mau berbagi/bersekutu kecuali jika dia telah memutuskannya!!”

Dukun wanita Bani Sa’d tersebut selama ini menjadi rujukan jika terjadi perselisihan di antara kaum Quraisy. Mereka mendatanginya dan menyerahkan urusan tersebut. Walaupun cukup lama menunggu, mereka dengan sabar tinggal di bani Sa’d tersebut, sampai akhirnya Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, dukun wanita itu keluar dengan putusan bahwa hak pengelolaan sumur Zam-zam mutlak berada di tangan Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib sangat gembira dengan putusan tersebut, begitu gembiranya sehingga ia bernadzar, jika ia mempunyai sepuluh orang anak laki-laki, dan tidak akan mempunyai anak lainnya lagi setelah itu, ia akan mengorbankan (menyembelih) salah satunya di hadapan Ka’bah, sebagaimana Ibrahim telah menyembelih (mengorbankan) Ismail. Sesuatu yang berlebih-lebihan memang tidak baik, begitu juga dengan kegembiraan. Hal itulah yang dialami oleh Abdul Muthalib, kegembiraan menemukan kembali sumur Zam-zam, ditambah lagi kegembiraan karena memperoleh hak mutlak mengelola sumur tersebut, membuat akal sehatnya tertutup untuk sementara waktu sehingga muncul nadzar seperti itu.

Setelah beberapa hari berlalu dan kegembiraannya mulai mereda, ia teringat akan nadzar yang diucapkannya di depan dukun wanita Bani Sa’d itu. Dan ia mulai menyadari bahwa dari 16 orang anaknya, sepuluh orang di antaranya adalah laki-laki, hanya saja ia belum tahu, apakah di antara istri-istrinya masih akan melahirkan lagi? Ia memerintahkah seorang yang ahli untuk memeriksa keadaan istri-istrinya, dan sang ahli menyatakan bahwa mereka tidak akan bisa mempunyai anak lagi.

Abdul Muthalib mengumpulkan anak laki-lakinya, dan menceritakan nadzar yang telah diucapkannya. Ternyata mereka semua patuh dengan kehendaknya tersebut, siapapun yang harus dikorbankan. Ia menulis ke sepuluh nama anaknya tersebut dan kemudiannya mengundinya. Ternyata nama yang keluar adalah Abdullah, anak yang paling disayanginya dan ayahanda Rasulullah SAW itu dengan ikhlas menerima keputusan tersebut, sebagaimana ikhlasnya Nabi Ismail ketika akan disembelih oleh Nabi Ibrahim.

Abdul Muthalib menuntun anaknya itu menuju Ka’bah sambil membawa parang. Kaum Quraisy yang menyaksikan pemandangan tersebut sejak awal merasa trenyuh, apalagi Abdullah juga yang paling mereka sayangi di antara anak-anak Abdul Muthalib lainnya. Mereka kemudian mencegah niat Abdul Muthalib dengan keras, terutama Abu Thalib dan paman-pamannya dari pihak ibu yang berasal dari Bani Makhzum. Abdul Muthalib yang pada dasarnya memang tidak tega untuk melaksanakan nadzarnya itu berkata, “Bagaimana dengan nadzarku?”

Mereka menyarankan untuk meminta pendapat dukun wanita Bani Sa’d untuk memberikan solusinya, sebagaimana biasanya. Wanita itu memerintahkan agar Abdul Muthalib menyembelih sepuluh ekot unta sebagai diyat, tebusan pembunuhan yang berlaku saat itu. Setelah itu ia harus melakukan pengundian kembali nama Abdullah dengan sepuluh unta. Jika nama Abdullah yang keluar, ia harus menambah lagi sepuluh ekor unta lagi sebagai diyat, dan mengundinya lagi. Begitu seterusnya hingga yang keluar nama unta, dan saat itulah kafarat dari nadzarnya yang diridhoi Tuhan.

Abdul Muthalib melaksanakan saran wanita tersebut, dan ternyata setelah seratus ekor unta, barulah nama Abdullah tidak keluar lagi. Sejak saat itu ketetapan diyat untuk pembunuhan ditetapkan oleh orang-orang Arab sebanyak seratus ekor unta. Dan aturan diyat pembunuhan adalah seratus ekor unta diteruskan oleh Nabi SAW dalam syariat Islam. Karena peristiwa tersebut, Nabi SAW pernah bersabda, “Aku adalah anak dari dua orang yang (akan) disembelih.”

Maksudnya adalah Nabi Ismail yang akan disembelih oleh Nabi Ibrahim, dan Abdullah yang akan disembelih oleh Abdul Muthalib. [Ibnu Ghufron]

Thursday, August 27, 2015

Kisah Pasukan Besar Ingin Menghancurkan Ka’bah



Sebelum Kelahiran Besar Muhammad SAW kemuka bumi ini. Ada peristiwa yang luar biasa yang di abadikan didalam Al Qur’an. Kejadian ini diperkirakan pada tahun 570 Masehi. Sebuah pasukan besar ingin menghancurkan ka’bah. Mereka terhimpun dari 60.000 ribu prajurit. Para komandan pasukan dilengkapi dengan kendaran gajah untuk lebih jelasnya, ikuti kisah selengkapnya  :

Peristiwa tersebut berawal dari kecemburuan penguasa Yaman yang beragama Nashrani terhadap “popularitas” Baitullah dan Ka’bah di Makkah. Telah ratusan tahun orang-orang di Jazirah Arabia melakukan ritual (ibadah haji) mengunjungi atau ziarah ke Baitul Athiq (Rumah Tua, yakni Ka’bah) tersebut, termasuk yang berasal dari Yaman. Penguasa atau Gubernur Yaman yang bernama Abrahah ash Shabbah al Habsyi itu berkeinginan agar mereka mengalihkan kebiasaannya tersebut ke Kota Shan’a, ibukota Yaman. Karena itu membangun sebuah gereja yang amat besar dan menghiasinya dengan seindah-indahnya.

Setelah gereja yang begitu megah, indah dan mengagumkan itu selesai dibangun, Abrahah mengirimkan pengumuman ke seluruh penjuru Arabia. Ia memerintahkan agar para kabilah itu “mengalihkan” ritual ibadah hajinya kepada gerejanya yang diberi nama Qalis tersebut. Para pemimpin kabilah itu amat marah dengan “pemaksaan” yang dilakukan Abrahah. Seseorang dari Bani Kinanah mendatangi Gereja Qalis tersebut, dan pada suatu malam ia memasukinya dan melumurkan kotoran ke pusat (kiblat)nya gereja tersebut. Riwayat lainnya menyebutkan, dua orang pemuka dari Bani Fuqaim dan Bani Malik yang mendatangi dan mengotori gereja Qalis, sedangkan utusan  Abrahah yang dikirim ke Bani Kinanah tewas tertembus panah dari orang tidak dikenal.

Melihat keinginannya tidak tercapai, ditambah lagi pengotoran Qalis dan pembunuhan pada utusannya, Abrahah memuncak kemarahannya. Tetapi ia menyadari bahwa tidak mungkin menyerang dan menaklukkan semua kabilah yang menyebar seantero Jazirah Arabia itu, yang di antara mereka dipisahkan bermil-mil padang pasir. Dalam pemikirannya, kalau Baitullah dan Ka’bah telah hilang, maka akan mudah menggiring masyarakat Arab untuk mendatangi Qalis di Shan’a, karena itu ia memutuskan untuk menyerang dan menghancurkan Ka’bah di Makkah tersebut.

Abrahah menghimpun pasukan yang sangat besar untuk merealisasikan maksudnya, yakni hingga enampuluh ribu prajurit. Para komandan pasukan berkendaraan gajah, ada tigabelas ekor (atau sembilan ekor pada riwayat lainnya) gajah di antara tunggangan lainnya, dan  Abrahah menunggangi gajah yang terbesar. Beberapa kabilah sempat melakukan perlawanan untuk membatalkan maksud Abrahah, tetapi dengan mudah mereka dapat dikalahkan. Sepanjang perjalanan ke Makkah mereka juga menjarah harta dan ternak para kabilah yang dilaluinya, termasuk duaratus ekor unta milik Abdul Muthalib.

Pasukan bergajah tersebut beristirahat di luar kota Makkah, dan Abrahah mengirim utusan untuk menemui sayyid (sesepuh) kota Makkah yang juga kepada suku Quraisy, yang tak lain adalah kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib. Utusan tersebut berkata kepada Abdul Muthalib, “Raja Abrahah berpesan bahwa dia tidak bermaksud memerangi bangsa Quraisy, tetapi hanya bermaksud meruntuhkan Ka’bah. Jika tuan dan bangsa tuan tidak menghalangi, tidak akan terjadi pertumpahan darah. Dan Raja berharap tuan bersedia menemuinya!!”

Abdul Muthalib berkata, “Demi Allah, kami tidak mempunyai kekuatan untuk memerangi tentara rajamu. Dan aku memang bermaksud untuk menemuinya!!”

Maka mereka berdua segera menghadap Abrahah di perkemahannya, dan Abdul Muthalib diperlakukan dengan penuh kehormatan. Abdul Muthalib berkata, “Wahai raja Abrahah, tolong dikembalikan duaratus ekor unta milik saya yang telah engkau ambil dari penggembala saya…!!”

Abrahah memandangnya penuh keheranan, dan berkata, “Kami datang untuk meruntuhkan Ka’bah, tetapi engkau hanya membicarakan unta-unta milikmu itu? Bagaimana dengan agama dan Ka’bah yang selama ini kalian puja-puja? ”

 “Saya hanya tuannya unta-unta itu. Sedangkan Ka’bah mempunyai Tuannya sendiri yang akan memeliharanya!!” Kata Abdul Muthalib.
Abrahah menegaskan, “Jadi engkau tidak akan menghalangi kami?”

 “Sama sekali tidak!! Hanya saja berilah kami sedikit waktu untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Ka’bah sebelum engkau menghancurkannya!!”

Abrahah sangat gembira dengan jawaban tersebut, dan memerintahkan pasukannya untuk mengembalikan duaratus unta milik Abdul Muthalib tersebut. Kemudian Abdul Muthalib dan beberapa pemuka Quraisy menghampiri Ka’bah, berdoa kepada Allah untuk memelihara Ka’bah dari pasukan Abrahah. Dan sebelum mereka pergi ke tempat perlindungan di bukit-bukit sekeliling Makkah, sebagaimana penduduk lainnya, masing-masing dari mereka mencium Ka’bah dengan air mata bercucuran penuh kesedihan sebagai salam perpisahan.

Abrahah menggerakkan pasukannya memasuki kota Makkah yang telah kosong layaknya kota mati. Ia berjalan dengan pongahnya seolah-olah kemenangan telah berada di genggamannya. Ketika tiba di Wadi Mahsar yang berada di antara Mina dan Muzdalifah, gajah-gajah tersebut tiba-tiba menderum (duduk) dan tidak mau bergerak maju, begitu juga dengan tunggangan-tunggangan lainnya. Tetapi jika diarahkan ke tempat lain menjauhi Ka’bah, binatang itu segera bergerak cepat seolah-olah ingin melarikan diri. Jika diarahkan kembali menuju Ka’bah, tiba-tiba mereka menderum dan tidak mau bergerak maju.

Ketika Nabi SAW dan kaum muslimin ingin melakukan umrah yang kemudian berakhir dengan Perjanjian Hudaibiyah, Unta Nabi SAW yang bernama Al Qashwa tiba-tiba menderum ketika tiba di Tsaniyyatul Murar. Mereka beranggapan mungkin unta itu lelah dan perlu beristirahat sebentar. Tetapi setelah cukup istirahat dan diberdirikan lagi untuk meneruskan perjalanan ke Makkah, Al Qashwa menderum lagi. Maka Nabi SAW bersabda, “Tidaklah al Qashwa itu menderum atas kemauannya sendiri, sesungguhnya ia ditahan oleh (malaikat) yang dahulu menahan pasukan bergajah Abrahah…!!”

Dalam keadaan seperti itu, dimana Abrahah tidak mampu menggerakkan pasukannya, tiba-tiba Allah mendatangkan ribuan burung Ababil di atas mereka. Burung-burung yang menyerupai burung Khathathif dan Balsan itu, masing-masing membawa tiga batu sebesar kacang kedelai dari tanah yang sangat panas, dua di cengkeraman kaki dan satu di paruhnya. Batu-batu itu dijatuhkan ke tentara Abrahah dan tepat mengenai satu persatu dari mereka. Ada riwayat yang menyebutkan, pada masing-masing batu itu tertulis nama-nama dari tentara Abrahah, sehingga tidak satupun yang lolos.

Sebagian besar langsung mati di tempat, tetapi ada juga yang bisa melarikan diri dalam keadaan luka dan mengidap penyakit, hanya saja akhirnya mati juga secara mengenaskan, termasuk di antaranya Abrahah sendiri. Ia mati ketika tiba di Shan’a. Begitu Dahsyatnya kejadian tersebut hingga Al-Qur’an menggambarkan keadaan tentara gajah “Laksana Daun-daun Yang Dimakan Ulat” (Ibnu Ghufron)

Sahabat Khawatirkan Sujud Nabi Yang Begitu Lama



Kehidupan Nabi tidak terlepas dari perhatian sahabat yang begitu mencintainya. Inilah yang terjadi pada sahabat Nabi yang bernama Abdurrahman Bin Auf. Ketika itu terjadi suatu peristiwa yang tidak biasa pada diri Nabi. Sahabat Nabi Ini melihat Nabi Muhammad SAW Sujud Begitu Lama disebuah kebun. Hal ini membuat perasaan Abdurrahman bin Auf khawatir yang amat sangat. Ternyata ada sesuatu yang terjadi pada diri Rasulullah. Untuk lebih Jelasnya simak kisahnya berikut ini :

Suatu ketika sahabat Abdurrahman bin Auf masuk ke masjid, tidak lama kemudian ia melihat Nabi SAW keluar dari masjid, maka diam-diam ia mengikuti beliau. Beliau terus saja berjalan tanpa menyadari kalau diikuti oleh Ibnu Auf, sampai kemudian beliau memasuki sebuah kebun kurma milik seorang sahabat Anshar.

Tidak berapa lama berada di kebun kurma tersebut, tiba-tiba Nabi SAW menghadap kiblat dan bersujud. Abdurrahman bin Auf yang berdiri tidak jauh di belakang beliau, menunggu dengan sabar sampai beliau bangkit kembali. Tetapi lama ditunggu-tunggu, Nabi SAW tidak juga bangkit dari sujud beliau, sehingga terlintas di pikiran Ibnu Auf, “Jangan-jangan Allah Yang Maha Agung dan Luhur telah mewafatkan beliau di tempat ini!!”

Karena itu ia mendekati Nabi SAW, dan menunduk untuk melihat wajah beliau. Tetapi ia menjadi sangat kaget, karena tanpa disangkanya, ternyata Nabi SAW mengangkat wajah dan berkata, “Ada apa, hai Abdurrahman??”

Setelah kekagetannya mereda, ia berkata, “Ya Rasulullah, ketika engkau bersujud begitu lama, aku khawatir kalau-kalau Allah telah mewafatkan engkau, karena itu aku datang untuk memeriksa!!”

Nabi SAW tersenyum mendengar kekhawatirannya itu, kemudian beliau menceritakan bahwa Malaikat Jibril telah menemuinya ketika beliau memasuki kebun kurma itu. Dan Jibril berkata, “Wahai Nabiyallah, aku hanya ingin menyampaikan kabar gembira untuk engkau, sesungguhnya Allah SWT telah berfirman kepadamu : Barang siapa yang memberi salam kepadamu, maka Aku (Allah) akan memberi salam kepadanya, dan barang siapa yang membaca shalawat kepadamu, maka Aku (Allah) akan membaca/memberi shalawat untuknya!!”

Tampak binar-binar kegembiraan di mata Rasulullah SAW ketika menceritakannya, dan beliau berkata kepada Ibnu Auf, “Mendengar pernyataan Jibril tersebut, hatiku sangat gembira dengan keutamaan dan karunia yang diberikan Allah kepada umatku. Dan aku bersujud untuk bersyukur dan berterima kasih, dan tak puas-puasnya aku bersyukur sehingga aku sujud begitu lama sampai engkau mendatangiku!!”

Sungguh luar biasa cinta Nabi terhadap kita ummatnya. Melebihi cintanya terhadap diri dan keluarganya. Tak tergambar oleh kata-kata sifat mulia beliau. Semoga kita bisa berada bersamanya di akhirat kelak, dengan memperbanyak mengamalkan shalawat Nabi.

Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda:
أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ القِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلاَةً
Manusia yang paling utama (dekat) denganku hari kiamat kelak adalah yang paling banyak bershalawat Kepadaku” (HR. Al-Tirmidzi)

Berikut Shalawat Pendek bisa anda Amalkan : 


Tuesday, August 25, 2015

Kisah Nabi Ibrahim bertemu Ayahnya Di Akhirat



Didalam cerita Nabi Muhammad SAW bahwa suatu saat nanti, kelak di akhirat Nabi Ibrahim akan bertemu dengan ayahnya. Sebelum Nabi Ibrahim meninggalkan ayahnya terjadi perdebatan antara Nabi Ibrahim dengan Ayahnya.

Kisah Nabi Ibrahim Sebelum Meninggalkan Ayahnya

Berikut kutipan kisahnya bahwa Ayah Nabi Ibrahim AS adalah seorang pembuat patung berhala untuk disembah. Sebagai Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Sebelum ia mendakwahkan Agama kepada Kaumnya maka sebaiknya terlebih dahulu ia memutuskan untuk mendakwahkan agama terhadap ayah kandungnya, agar diakhirat kelak ayahnya bisa selamat dan tidak menyesal dengan siksa Allah.

Selayaknya seorang Anak yang mencintai Ayahnya, ia memberikan Nasehat Agama yang lembut untuk menyadarkan ayahnya dari perbuatan yang sangat menyimpang tersebut. Namun ucapannya Anaknya, ditentang oleh ayahnya. Bahkan ia memberikan ancaman untuk merajamnya jika tidak berhenti menghina, Tuhan yang dibuatnya.

Dengan lembut Nabi Ibrahim membalasnya dengan ucapan yang diabadikan didalam Al Qur’an ““Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.—Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku”. (QS. Maryam: 47-48)



Sekian lama tidak berjumpa lagi, ternyata mereka dipertemukan diakhirat oleh Allah SWT. Menurut cerita Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Nabi Bersabda :
"Nabi Ibrahim AS, bertemu dengan ayahnya Azar pada hari kiamat, ketika itu wajah Azar ada debu hitam, lalu Ibrahim berkata pada Ayahnya : "Bukankah sudah aku katakan kepada Ayah, agar Ayah tidak menentang aku ?, Ayahnya berkata : "Hari ini aku tidak akan menentangmu". Kemudian Ibrahim berkata : "Wahai Rabb Engkau sudah berjanji kepadaku untuk tidak menghinakan aku di hari berbangkit, lalu kehinaan apalagi yang lebih hina daripada keberadaan Bapakku yg jauh dariku?".

Allah berfirman : "Sesungguhnya Aku mengharamkan surga bagi orang-orang kafir". Lalu dikatakan kepada Ibrahim : "Wahai Ibrahim apa yg ada di kedua telapak kakimu?", maka Ibrahim melihatnya yg ternyata ada seekor anjing hutan yang kotor yang terlihat sedang tertunduk, lalu kakinya diikat lalu dilemparkan ke Neraka ".

Sungguh sangat menyesal Ayah Nabi Ibrahim, ketika ia dipertemukan dengan Anaknya. Ia baru meyakini kebenaran Agama yang dibawa oleh anaknya. Namun apa hendak dikata, doa seorang Nabi tidak akan mampu merubah keputusan Allah Ta’ala.  

Ingat Surga Tidak diperuntukkan bagi Orang-orang Kafir. Anjing Yang Kotor itu adalah perumpamaan bahwa surga tidak diperuntukkan bagi makhluk yang kotor. Maka sungguh Sedih dan Memilukan jika Ada Keluarga kita Mati dalam Keadaan Kafir. Mereka tidak akan bisa masuk kedalam surganya Allah selamanya. Bahkan mereka berada dalam siksanya Allah.

Setiap orang kafir yang baru meninggal, Sungguh bermulalah Penyesalan yang dahsyat dan tiada Akhirnya…
(Ya Allah.. Masukkan Kami bersama orang yang selamat)